Di balik gembar-gembornya, industri ini merupakan ekosistem yang tidak dapat diprediksi. Di satu sisi, banyak pekerja rintisan yang berpenghasilan lebih dari lima kali lipat pendapatan minimum di Jakarta. Hal ini merupakan hasil dari pasar kerja yang kompetitif yang mencapai puncaknya selama periode COVID-19, di samping meningkatnya investasi dalam bisnis digital. Di sisi lain, banyaknya volatilitas menempatkan para pekerja ini dalam situasi yang tidak menentu. Tidak lama setelah pandemi, penurunan investasi asing menyebabkan apa yang disebut banyak orang sebagai 'musim dingin teknologi' dan PHK mendadak. Di tengah ketidakpastian ini, Ecommurz muncul dan mendapatkan popularitas. Pada Januari 2024, akun tersebut memiliki ratusan ribu pengikut.
Budaya kerja
Sekilas, akun Ecommurz terlihat acak dan tidak terstruktur. Postingannya mengacu pada banyak referensi, mulai dari materi budaya populer seperti pahlawan super Marvel hingga klip seorang pria yang digelitik. Postingannya menggabungkan gambar dan animasi yang menarik dengan teks yang ditulis dalam bahasa Inggris (terkadang tidak lazim). Meme-meme tersebut tidak selalu memiliki satu 'makna' yang koheren, tetapi menghasilkan sekumpulan perasaan dan asosiasi. Hal ini meningkatkan keterkaitan mereka, karena pemirsa yang berbeda dapat terhubung dengan berbagai aspek dari setiap meme. Kesamaan dari meme-meme tersebut adalah fokus mereka pada kondisi ketenagakerjaan yang dialami oleh pekerja startup di Indonesia, sebuah topik yang umumnya dibahas Ecommurz melalui grafis lucu dengan nada sarkastik atau mengasihani diri sendiri.